Pertama-tama perkenankan dalam kesempatan
yang baik ini saya mencoba untuk mengajak diri saya dan kalau mungkin para
hadirin sekalian untuk meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT,
karena iman dan takwalah yang menjadi barometer keutamaan seseorang di sisi-Nya
kelak.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim, dua pakar hadis yang paling kridibel, Rasulullah
menyampaikan tentang keutamaan shalat berjamaah:
Artinya: “Shalat berjamaah lebih utama 27
kali dibanding dengan shalat yang dilakukan sendirian”.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, Rasulullah menyampaikan,
Artinya: “Siapa yang melakukan shalat isya
dengan berjamaah, maka dia seolah-olah melakukan shalat sepanjang paruh malam.
Dan siapa yang melakukan shalat subuh berjamaah, maka seolah-olah dia telah
melakukan shalat seluruh malam”.
Hadis di atas memberitahukan kepada kita,
betapa besarnya pahala yang akan diterima oleh orang yang melakukan
shalat secara berjamaah. Bahkan, Rasulullah SAW menjamin kalau kita melakukan
shalat berjamaah, maka pasti shalat kita akan diterima oleh Allah SWT. Hal ini
tentunya berbeda dengan shalat yang kita lakukan secara sendiri. Sayangnya,
terlalu banyak di antara kita yang tidak memahami apa yang disampaikan oleh Rasulullah
SAW ini.
Pentingnya shalat berjamaah ini juga dapat
dipahami dari penjelasan Rasulullah yang memerintahkan kepada seseorang untuk
melakukan shalat berjamaah, sekalipun orang tersebut sudah melakukan shalat
sendirian. Hal ini disampaikan dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Abu Daud
dan Al-Hakim:
Artinya: “Jika kalian telah melakukan shalat
(fardlu) dalam sebuah perjalanan kalian, kemudian kalian mendapati imam belum
melakukan shalat, maka shalatlah bersama imam itu. Sedangkan shalat yang telah
kamu lakukan itu dianggap sebagai shalat sunnah”.
Berdasarkan hadis di atas, dengan sebab
shalat berjamaah, sebuah shalat fardhu berubah menjadi shalat sunnah. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW sejak dini sudah memberikan peringatan (warning)
kepada kita agar selalu melakukan shalat secara berjamaah. Hal ini juga dengan
tegas disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah sabdanya,
Artinya: “Tidak terdapat tiga orang dalam
sebuah desa atau sebuah pedukuhan yang tidak melakukan shalat berjamaah,
melainkan mereka akan terjajah oleh setan. Oleh karenanya, lakukanlah shalat
dengan berjamaah, karena sesungguhnya serigala itu hanya akan dapat memangsa
kambing-kambing yang menyendiri yang keluar dari kelompok-kelompoknya.”
Ternyata, peringatan Rasulullah tidak hanya
berhenti sampai di situ. Bahkan dengan tegas Rasulullah mengancam mereka yang
tidak mau melakukan shalat berjamaah, akan dibakar rumahnya. Ini disampaikan
oleh hadis Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim,
Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, sungguh aku akan memerintahkan orang untuk mengumpulkan kayu
bakar, kemudian aku perintahkan muadzin mengumandangkan adzan, dan aku suruh
seseorang untuk menjadi imam, sementara aku akan keluar mendatangi rumah yang
di dalamnya terdapat orang yang tidak melakukan shalat berjamaah, kemudian akan
aku bakar rumahnya”.
Mengetahui hal ini, terlalu aneh kalau kita
tidak pernah memberikan perhatian untuk melakukan shalat berjamaah. Padahal,
Rasulullah menyatakan bahwasannya antara manusia muslim yang satu dengan muslim
lainnya itu haram hukumnya untuk menumpahkan darah dan menggangu kehidupannya,
termasuk menghilangkan harta bendanya. Akan tetapi, untuk sebuah shalat
berjamaah, Rasulullah dengan tegas menyampaikan, bahwa harta seseorang akan
dibakar oleh Rasulullah ketika orang itu tidak mau melakukan shalat berjamaah.
Ini artinya bahwa shalat berjamaah itu jauh lebih penting daripada dunia dengan
segala macam isinya.
Rasulullah tidak hanya sebatas menyampaikan
agar kita tidak hanya melakukan shalat berjamaah saja. Di atas semuanya,
ternyata Rasulullah masih memerintahkan kita untuk mengejar shaf yang paling
depan. Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Bukhari dan imam Muslim,
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Seandainya manusia itu tahu
keutamaan mendatangi (masjid) di waktu adzan dan keutamaan shalat di baris yang
paling depan, kemudian ternyata dia tidak mendapatkan kecuali harus membayar
dan harus dilotre maka yakin orang itu akan berebut untuk membayar dan ikuti
lotre itu”.
Sayangnya, kita tidak pernah memahami
pesan-pesan moral Rasulullah SAW ini. Padahal di dalam sabdanya yang lain
Rasulullah juga tidak segan-segan mengingatkan kita,
Artinya: “Sungguh Allah dan para malaikatnya
menyampaikan shalawat kepada orang-orang yang melakukan shalat di shaf pertama.
Oleh karenanaya, luruskanlah shaf-shaf kalian, kemudian rapatkanlah barisan
kalian, karena sungguh setan itu akan menyela-nyelai kalian dan masuk berada di
barisan kalian, seperti kambing kecil yang masuk di antara kerumunan kambing
yang lainnya”.
Anjuran Rasulullah SAW untuk melakukan shalat
berjamaah itu ternyata sangat diperhatikan oleh para sahabat dan ulama-ulama
pilihan pada zaman dahulu. Oleh karenanya, di bawah ini ada beberapa cerita
yang menarik untuk kita renungkan bersama. Konon diceritakan, ketika Umar bin
Khatab sedang istirahat di kebunnya, menikmati semilirnya angin yang berhembus,
sampai beliau tertinggal berjamaah shalat ashar. Begitu shalat selesai,
orang-orang pulang dari masjid, baru beliau sadar sudah ketinggalan shalat
berjamaah. Apa yang dilakukan oleh Umar bin Khatab? Untuk menebus
keteledorannya tidak berjamaah, ternyata kebunnya yang begitu luas itu
diberikan kepada orang sebagai bagian dari tebusan atas kesalahannya.
Sementara itu, Umar yang kedua dalam julukan
persepsi hukum Islam, yakni Umar ibnu Abdul Aziz, apabila tertinggal tidak
melakukan shalat berjamaah, maka beliau akan shalat sepanjang zhuhur sampai
bertemu ashar, tidak pernah berhenti untuk menutupi kekurangannya itu.
Hal ini juga dilakukan oleh seorang ulama
yang bernama Muhammad ibnu Sama’ah, salah seorang ulama generasi tabiin.
Diceritakan bahwa suatu saat beliau tertinggal shalat berjamaah. Padahal,
selama tidak kurang dari empat puluh tahun, beliau selalu shalat berjamaah di
baris terdepan. Akan tetapi, pada saat itu beliau tertinggal dari shalat
berjamaah. Apa yang dilakukan? Menyadari keteledoran itu, beliau melakukan
shalat dua puluh tujuh kali sebagai ganti ketertinggalannya melakukan shalat
berjamaah. Begitu selesai karena kelelahan, beliau kemudian tertidur. Ternyata,
di dalam tidurnya itu beliau seolah-olah didatangi seseorang yang mengatakan,
bahwa pahala dua puluh tujuh kali nilai shalat berjama’ah, itu tidak dapat
diperoleh dengan shalat sebanyak apapun.
Bagaimana Hatim al-Ashram, salah seorang
ulama generasi tabiin, pernah juga tertinggal melakukan shalat berjamaah.
Ternyata, guru beliau, Abu Ishak, datang berta’ziah kepadanya,
sehingga membuat Imam Hatim al-Ashram ini kaget, guru datang untuk berta’ziah.
Dia bertanya, siapa yang meninggal, sehingga engkau berta’ziyah? “Engkau,
karena engkau sudah mati dengan meninggalkan shalat berjamaah.” Imam Hatim
berkata, “Demi Allah, seandainya anak saya yang meninggal, saya yakin seluruh
negeri akan berta’ziah, tetapi justru ketika saya yang meninggal, tidak ada
satupun yang berta’ziah.” Ini justru membuktikan, bagaimana Imam Abu Hatim dan
seluruh penduduk negeri itu tidak pernah berperhatian kepada shalat berjamaah.
Sehingga menurut pandangan beliau dan gurunya, meninggalkan shalat berjamaah
seolah-olah ruhnya sudah meninggal.
Ada kisah tentang Abu Bakar al-Shiddiq,
manusia yang paling dipuji oleh Rasulullah SAW. Ketika beliau shalat berjamaah
bersama Rasulullah, beliau mencoba mencari di manakah anaknya. Ternyata, beliau
tidak menemukan anaknya. Begitu shalat selesai, ternyata dari jauh anaknya
berlari untuk mendatangi shalat, tetapi shalat sudah usai. Seolah-olah melihat
musuh yang diserang, Abu Bakar al-Shidiq segera mendatangi dan memegangi
anaknya, “Kenapa kamu sampai terlambat?” “Maafkan aku ayah, istriku sedang
sakit. Aku mengantarnya ke tabib.” “Kalau shalat berjamaah tertinggal karena
istrimu, talak istrimu sekarang juga!” Seperti kita ketahui, perbuatan halal
yang sangat dibenci oleh Allah adalah talak (cerai). Namun, ketika sudah
dihadapkan dengan shalat berjama’ah, ternyata talak tidak ada artinya apa-apa.
Ini artinya bahwa posisi shalat berjamaah begitu penting, sampai-sampai ketika
istri menghalangi seseorang untuk melakukan shalat jama’ah, ia dibenarkan
menjatuhkan talak kepada istrinya.
Contoh-contoh di atas sangat baik untuk
dijadikan cermin, sehingga kita dapat melaksanakan tuntunan dan anjuran
Rasulullah SAW. Mudah-mudahan, kita termasuk dalam kelompok umat Rasulullah SAW
yang diridhai Allah SWT.
Posting Komentar